SEJARAH SMPN 4 PARE
Zaman Kolonial
Nama lembaga sekolah saat itu adalah Ambacht Leergang (Ambach School). Pada awalnya sekolah ini didirikan untuk memenuhi keberadaan industri transportasi, terutama Pendidikan masinis Kereta Api (KA). Kemudian merambah pada industri pengolahan, seiring dengan maraknya jumlah perusahaan pengolahan hasil bumi, Tujuan utama pendidikan ini adalah mencetak tenaga tehnik dari pribumi, mengingat jumlah dan animo dari anak para pegawai kolonial terbatas, sehingga waktu pendidikannya pun terbatas, ditempuh selama 2 (dua) tahun setelah lulus SR (Sekolah Rakyat). Ambach School Pare merupakan sekolah tingkat pertama yang ada di Kediri. Setelah beberapa tahun kemudian baru didirikan MULO di kota Kediri, jurusan dari sekolah ini adalah montir (mekanik) mobil (stir), listrik danpertukangan (kayu dan penata bata)
Industri transportasi di Kediri juga semakin pesat keberadaannya. Sejak 27 September 1895, berdirilah Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) sepanjang 123 km lengkap dengan berbagai sarana dan prasarananya, Pembangunan Jalur KSM diresmikan secara bertahap dari tahun 1897 – 1899. Jalur dari Kediri, Pare, sampai Jombang sejauh 50 km dibuka tahun 1897, Jalur Pelem (Pare)– Papar sejauh 13,6 km diresmikan tahun 1897, jalur Pare – Kepung sepanjang 11,8 km diresmikan tahun 1898, Jalur Pare–Kencong sepanjang 4,5 km diresmikan tahun 1898, jalur Ngoro-Kandangan sepanjang 7,3 km diresmikan tahun 1898, dan Jalur Kencong–Konto sepanjang 4,2 km diresmikan tahun 1899. Sedangkan keberadaan industri pengolahan sudah ada sejak adanya tanam paksa atau Cultuur Stelsel. Banyak siswa tamatan sekolah ini yang terserap menjadi tenaga kerja di bidang industri tersebut.
Zaman Jepang
Kedatangan Jepang di Indonesia tahun 1942, membawa perubahan dalam sistem Pendidikan yang ada di Indonesia terutama di Pare. Ada kewajiban pelajar untuk mengikuti latihan kemiliteran terutama baris berbaris sampai bela diri, oleh karena itu kurikulum dan waktu Pendidikan diubah sesuai kebutuhan. Pada masa kolonial sekolah berjalan dengan tenang, namun di zaman Jepang berbeda bahkan ada kewajiban di-asramakan semi militer. Nama sekolah pun diubah serta berafiliasi pada Sekolah Tehnik yang ada di Madiun.
Seluruh Sekolah Tehnik di Jawa Timur berubah dari AMBACHT LEERGANG (Ambach School) menjadi KOGRO GAKKO (Sekolah Pertukangan dan Sekolah Montir), dengan waktu Pendidikan selama 2 (dua) tahun dan 3 (tiga) tahun. Kepala sekolahnya adalah seorang perwira Jepang dibantu oleh beberapa opsir sebagai Instruktur, Tatanan ini berlangsung hingga penyerahan kedaulatan dari Jepang kepada Pemerintah RI.
Zaman Kemerdekaan
Kedatangan Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) atau pasukan sekutu di Surabaya mengakibatkan situasi yang tidak kondusif. Invasi pasukan sekutu di Sidoarjo membombardir komplek SMTT dan ST Sawahan serta DON BOSCO hingga luluh lantak, hingga tinggal beberapa bangunan yang tersisa. Pasukan embrio TGP segera mundur ke Tawang dan Malang kemudian mendirikan sekolah peralihan atau pengungsian di dua kota tersebut. Setelah peristiwa tersebut, ternyata banyak guru-guru dan siswa-siswanya exodus ke Pare (Ambach School / Kogro Gakko Pare) dikarenakan tempat ini lebih kondusif untuk belajar, memiliki peralatan yang lebih lengkap dan tidak terjamah oleh pasukan sekutu (Red : peralatannya terjaga sampai saat ini),. Menyadari adanya kondisi yang tenang, maka sekolah ini dibuka kembali dengan nama “SEKOLAH TEHNIK PARE” dengan kepala sekolah bapak Sumartono, yang juga tamatan KES atau SMTT Sawahan, banyak pengajar atau guru-guru ikut exodus dari Surabaya ke Pare hingga ke tahun-tahun berikutnya. Mengingat lokasi dan peralatan yang lengkap, maka dijadikan dengan Fabrikage (bengkel) oleh para pejuang khususnya untuk peracikan bahan mesin peledak, dan komponennya. Pada masa transisi ini masa pendidikannya menjadi 4 tahun sesuai kurikulum ST Sawahan.
Seiring dengan perubahan waktu dan dalam rangka memenuhi tuntutan pendidikan, ST Negeri 1 Pare tahun 1993 menjadi SMP Negeri 4 Pare. Setahun kemudian dengan adanya perubahan kurikulum pendidikan dalam rangka menghasilkan lulusan pendidikan setingkat SMP dimana siswa lulusannya memiliki bekal untuk melanjutkan ke SMA / MA / SMK atau untuk magang di dunia usaha dan Industri (DuDi) dengan keterampilan pra-kerja, maka SMP Negeri 4 Pare tahun 1994 ditetapkan menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Pelaksana Program Keterampilan (SLTP PPK) dengan nama SLTP Negeri 4 Pare (populer di masyarakat dengan sebutan SLTP Keterampilan), Setelah itu, dengan adanya perubahan Kurikulum dan upaya penyetaraan pendidikan, maka pada tahun 2000 nama SLTP Negeri 4 Pare berubah menjadi SMP NEGERI 4 PARE, Kab. Kediri, hingga sekarang.
Gedung sekolah SMP Negeri 4 Pare yang dibangun sejak jaman kolonial ini telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai Sekolah Cagar Budaya.
Keberadaan peralatan praktek otomotif, kerja bangku, dan Mesin yang lengkap dan memadai menjadikan sekolah ini pernah ditempati STM/SMK Kosgoro sejak tahun 1982 – 1996, sebelum lembaga ini punya gedung sekolah sendiri. Kegiatan Belajar Mengajarnya dilaksanakan pada jam siang. Begitu juga dengan adanya tambahan peralatan praktek Tata Boga dan Tatat Busana, menjadikan peralatan praktek sekolah ini makin lengkap dan memadai, sehingga pada pada tahun 1999 bertempat di SMP Negeri 4 Pare diselenggarakan Rintisan SMK Negeri Pare Kab. Kediri dengan jurusan Otomotif, Mesin, dan Tata Busana. Namun pada pelaksanaannya SMK Negeri Pare hanya menerima satu angkatan saja, sehingga pelaksanaanya menjadi ”Sekolah Jauh SMKN 1 dan SMKN 3 Kota Kediri” dengan kegiatan belajar mengajar tetap dilaksanakan di Pare, sehingga pada saat kelulusan secara formal pada tahun 2002 siswa jurusan Otomotif dan Mesin adalah siswa lulusan SMK Negeri 1 Kota Kediri, sedangkan siswa jurusan Tata Busana adalah siswa lulusan SMK 3 Kota Kediri.
Perjalanan panjang Sekolah kita. Namun apabila kita bicara tentang ST Pare, pasti selalu ingat, bahwa lulusan sekolah pada masa lalu ini dapat menjadi cermin untuk masa mendatang, karena banyak yang menjadi pemimpin dan pejabat tinggi pemerintahan di Negeri tercinta ini.